Judul: Penguatan Aswaja Annahdliyah Melalui Literasi Kampus
Penerbit: CV. Pilar Nusantara
Pengarang: Wahyu Egi Widayat [et al.]
Editor: Hamidulloh Ibda
Tahun: 2019
ISBN: 978-623-91325-2-1
Cetakan: I, Agustus 2019
Tebal: 21 x 14 cm, xiv + 97 Halaman
Harga:50.000
WA:
081225183113
Ketika
Aswaja Annadhliyah sudah menjadi paradigma keilmuwan, maka semua aktivitas
akademik dari aspek Tridharma Perguruan Tinggi akan bercorak Aswaja Annahdliyah
seutuhnya. Penyuguhan empat aspek itu tidak boleh jika sekadar “berbasis”,
“berwawasan”, melainkan harus “bersumber” dari Aswaja Annahdliyah. Jika sudah
demikian, maka mau aspek kompetensi, karakter, literasi, atau lainnya akan
menjadikan Aswaja Annadhliyah sebagai rujukan paripurna.
Literasi baru
yang ditulis sedikit dalam buku ini perlu ditindaklanjuti. Sebab, paradigma
mahasiswa bahkan hampir semua elemen pendidikan memang masih terseok-seok
menuruti dan mengimbang literasi lama (membaca, menulis, berhitung). Padahal,
era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 menuntut semua warga kampus untuk
menguasai literasi baru yaitu literasi data, literasi teknologi, dan literasi
manusia (SDM). Ketiga literasi baru ini menjadi acuan dalam meramu Aswaja
Annahdliyah ke dunia akademik yang makin banyak tantangan saat ini.
Untuk
itulah, literasi yang dikonsep, dikuatkan, dan diimplementasikan di kampus
Aswaja seperti STAINU Temanggung harus benar-benar dapat melahirkan sebuah
paradigma keilmuwan yang bersumber dari Aswaja Annahdliyah. Tidak cukup jika
hanya dari mata kuliah Aswaja Annahdliyah, Sejarah Pemikiran dan Perkembangan
NU, dan Islam Nusantara, namun semua kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi harus
bersumber dari Aswaja Annahdliyah.
Mengapa?
Karena Aswaja Anndhliyah bukan segalanya, akan tetapi segalanya dapat berawal
dari sana. Jika Aswaja Annahdliyah tidak kita jadikan manhajul fikr atau
paradigma keilmuwan sekarang juga, lalu kapan lagi?
Literasi
menjadi hal pokok dalam kehidupan seluruh umat manusia yang telah diberikan
nyawa oleh Tuhannya, bukan sekadar membaca dan menulis, akan tetapi juga harus
membaca situasi dan kondisi sekarang dan yang akan datang. Ketika generasi muda
sudah mulai bosan dengan literasi, menjadi hal yang perlu diperhatikan. Sebab,
literasi merupakan sebuah alat dalam mempertahankan ilmu pengetahuan.
Saat ilmu
pengetahuan mulai hilang bekal hidup mengahadapi masa depan menjadi carut
marut. Sehingga mempertahankan budaya literasi menjadi penting, bukan hanya
kepada generasi muda namun semua umat manusia.
Terbitnya
buku ini menjadi salah satu terobosan dalam mempertahankan budaya literasi
tersebut. Sebagai kaum akademis adalah pokok dalam berliterasi. Masih sangat
minim para mahasiswa yang melek akan literasi. Minimnya mahasiswa berliterasi
penyebabnya adalah inginnya mendapatkan sesuatu dengan cara yang instan. Masih
banyak yang membuat tugas kuliah dengan cara copy paste karena semua kemudahan
sudah berada digenggaman semua orang yaitu gawai.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.