Judul: Tradisi-tradisi Islam Nusantara Perspektif Filsafat dan Ilmu
Pengetahuan
ISBN: 978-602-50566-4-2
Cetakan: Pertama, Januari 2019
Tebal: 21 x 14 cm, xiii + 260 Halaman
Prakata: Dr. H. Muh. Baehaqi, MM.
Penulis: Puji Rahayu, dkk
Editor: Hamidulloh Ibda, M. Pd.
Desain Sampul: Wahyu Egi Widayat
Harga: Rp. 75.000 (Belum Ongkir)
Diterbitkan: Formaci
CP: 08562674799
Facebook: Penerbit Formaci
Website : formacipress.com
Agama Islam sangat dinamis dan membuka diri
dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, bahasa, budaya, dan kondisi
geografis suatu bangsa. Setiap bangsa, memiliki budaya, bahasa, dan
tradisi tersendiri yang menjadi jatidiri dan keunikan dari bangsa lain.
Islam sebagai agama rahmatal
lillalamin, sangat sejuk, dan menerima segala hal sesuai prinsip kondisi di
masing-masing negara. Dalam buku ini, saya menemukan banyak hal baru, terutama
hasil penelitian akademisi STAINU Temanggung. Mereka ternyata mampu meneliti
dengan disiplin ilmunya masing-masing.
Tradisi-tradisi Islam
Nusantara bukan sekadar tradisi, melainkan menjadi salah satu kekayaan bangsa
ini yang tidak dimiliki bangsa lain. Teori kebenaran yang dimiliki nahdliyin
cukup ilmiah, yaitu memiliki kebenaran beragama dengan prinsip rahmatal
lillalamin, dan teori kebenaran bernegara dengan spirit nasionalisme dan hubbul
wathan minal iman yang termanifestasikan dalam tradisi-tradisi Islami
tersebut. Mulai dari nyadran, tahlilan, berjanzen, manaqiban, kenduri,
selawatan, ziarah kubur, dan lainnya, semua itu merupakan wahana
mendekatkan diri pada Allah, tidak ada maksud lain. Selain itu, tradisi-tradisi
ini menjadi salah satu wahana menguatkan relasi antara manusia dengan Allah,
manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.
Maka sangat ilmiah, jika
Indonesia sampai hari ini tetap religious, jaya, maju, berkarakter, berbudaya,
karena tidak mempertentangkan antara spirit nasionalisme dengan religiositas.
Semua ini tidak lain hanya ada di Indonesia, meski di belahan dunia ada, namun
saya yakin masih unggul dan unik di negeri ini.
Konstruksi ilmiah dalam
tradisi ini, tidak cukup jika hanya dikaji secara ilmiah. Harus ada riset-riset
terkini untuk menJawab tantangan zaman dengan mengemas, dan menggerakkannya
sebagai salah satu kekayaan anak bangsa. Di situlah wujud implementasi diktum
kita, yaitu almuhafadhotu 'ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.