“BMI memang bukan segalanya, namun devisa negara berawal dari sana.”
Menjadi Buruh Migran Indonesia (BMI), Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau Pekerja Migran Indonesia (PMI) memang menyisakan berbagai kisah, pengalaman, latar belakang, serta dinamika menarik. Siapa saja orangnya, tentu tidak rela menjadi “buruh” di negeri orang lain. Namun, Anda jangan memandang sebelah mata para BMI, karena mau tidak mau, diakui atau tidak, mereka yang menjadi penyumbang devisa terbesar negara Indonesia.
Bisa dikatakan, gelar “pahlawan devisa” yang melekat pada BMI adalah wujud nyata mereka untuk menjadi penyokong ekonomi Indonesia. Berawal dari pemahaman ini, Yanne Karsodiharjo bertekad mendokumentasikan kisah, pengalaman dan hal-hal menarik di Hongkong, tempatnya merantau, untuk dibaca dalam sebuah buku.
Ia pun mengakui, menulis buku merupakan hal luar biasa bagi seorang pekerja rumah tangga. Hal tersebut berat, mustahil, no way, namun sebenarnya bisa dilakoni asal serius. Yanne bersyukur bisa kenal dengan beberapa teman-teman media di Jawa, juga di Hongkong. Sedikit banyak, Yanne, dan juga teman-teman memang sering diwawancarai dan diberitakan, baik di media online maupun koran. Dari sana, Ia tergugah untuk menulis pengalaman untuk berbagi kepada semua. Baik yang mau jadi BMI, atau bagi BMI sendiri dan umumnya untuk masyarakat Indonesia.
BMI sebenarnya juga memiliki kapasitas intelektual layaknya masyarakat berpendidikan tinggi. Kelebihannya, mereka juga menguasai minimal tiga bahasa. Mulai Bahasa Indonesia sendiri, Bahasa Inggris dan bahasa lokal di tanah rantau. Contohkahlah Yanne, di Hongkong maka dituntut bisa berbahasa Inggris dengan mahir dan berbeda dengan Bahasa Inggris di perkuliahan Indonesia. Juga Bahasa Hongkong, dan tentunya Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa. Sebab, di Hongkong juga banyak komunitas, warung-warung, toko-toko masyarakat Jawa, Indonesia dan luar Jawa, yang menyediakan berbagai kebutuhan BMI. Mulai dari baju, oleh-oleh khas, makanan, pulsa dan kebutuhan lainnya untuk transfer uang di kampung.
Buku kecil ini secara sederhana, memang dikhususkan menjelaskan pengalaman Saya, juga berbagai dinamika dari aktivitas-aktivitas BMI di Negeri Beton. Mulai dari nggosok, ngepel, sampai dengan aktivitas bakat minat seperti menyanyi, modeling, fashion show, sampai dengan bisnis entertain yang bergerak mewadahi para BMI yang ingin menjadi “artis”. Maka judul yang diambil adalah “Bukan BMI Biasa” karena kami di sini tidak hanya bekerja sebagai BMI, melainkan juga mampu berkarya, berkarir sesuai potensi yang BMI miliki.
Judul: Bukan BMI Biasa, Kisah Sukses BMI Hongkong
Penulis : Yanne Karsodiharjo
ISBN : 978-602-61554-6-7
Cetakan: Pertama, Mei 2017
Tebal: 21 cm x 14 cm, xi + 117 Halaman
Diterbitkan: Formaci
Harga: Rp 50.000
Untuk memiliki buku ini, silakan hubungi distributor 085740125329.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.