Suasana bedah buku |
Semarang,
Penerbitformaci.id - Beberapa mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Silaturahmi
Mahasiswa Ronggolawe (ISMARO) melakukan bedah buku “Nasihat Begawan Tuban”
dilanjutkan dengan buka bersama di Taman Jati Kampus 2 UIN Walisongo Semarang,
Senin (12/06/2017) sore. Kegiatan yang terlaksana atas kerjasama dengan Formaci
Press ini menghadirkan penulisnya langsung Ahmad Ali Zainul Sofan, seorang
pemuda asal Desa Wotsogo, Kecamatan Jatirogo, Kabupten Tuban, Jawa Timur.
Direktur Formaci Press Dian Marta Wijayanti mengapresiasi karya pria asli Tuban tersebut. “Buku ini mengajak kita untuk tidak meninggalkan kearifan lokal, apalagi saat ini sudah nyata, banyak gempuran globalisasi yang menyeret pemuda untuk tidak mengenal siapa itu mbah-mbah dan nilai-nilai lokal kita,” beber dia.
Sementara itu, Ofan, panggilan akrabnya
selaku penulis mengungkapkan beberapa hal yang ada didalam buku tersebut mulai
dari daerah Tuban sebagai kota yang mempunyai sejarah panjang dan berperan
besar dalam sejarah perjalanan kerajaan di Nusantara hingga berdirinya negara
Republik Indonesia.
“Tidak asing lagi beberapa
tokoh asal Tuban yang mengukir prestasi besar dalam kancah nasional sejak zaman
kerajaan hinggan saat ini. Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Ranggalawe, KH. Ali
Mansyur (Pengarang Solawat Badar), Koes Plus grup musik legendarais dan
beberapa tokoh yang telah menorehkan prestasinya. Tentu dalam diri mereka
tersemat dari mana mereka berasal, yaitu daerah tercinta yang bernama Tuban,” ungkapanya
mengawali pembuka diskusi.
Dalam isi buku tersebut,
Ofan mengungkap banyak hal yang terjadi di Tuban, ia juga megamati saat ini
Tuban sebagai daerah Industri, terbukti berdiri dua pabrik besar semen di
daerah Merakurak dan Tambakboyo. Sebuah daerah yang pasti mendapatkan APBD
besar dari perusahaan milik negara dibawah naungan BUMN dan swasta. Tetapi
masih ada beberapa ketimpangan yang terjadi, terutama di masyarakat sekitar
kawasan pabrik semen yang masih belum mendapat hak layak sebgai warga negara.
“Saya merasa prihatin
dengan kondisi masyarakat sekitar pabrik semen yang masih belum mendapat hak
yang layak sebagai warga negara. Dalam sisi pendapatan tentu Tuban mempunyai
anggaran yang cukup dari adanya usaha milik negara dan swasta. Ketimpangan yang
terjadi adalah banyaknya warga sekitar pabrik yang mesih banyak merantau ke
darah luar Tuban, sehingga saya merasa kebijakan pemerintah tidak adil terhadap
waraganya,” paparnya.
Dalam sisi kebudayaan Tuban
juga sangat kaya bahkan sebagai proklamator kebudayaan Islam di Tanah Jawa.
Masyarakat Jawa sangat kental dengan Ingkung
(ayam utuh dimasak langsung dengan cara diikat) merupakan buah karya dari
Kanjeng Sunan Bonang yang mendesain dari ajaran agama Tantrayana, yaitu sebuah upacara adat dengan beberapa sesaji
dianatara Ingkungnya adalah manusia.
Dengan kearifan Sunan Bonang merubah metode upacara tersebut dengan Tumpengan. Selain itu, Tuban juga sangat
terkenal dengan Towak, sebuah minuman
hasil fermentasi dari Legen yang
berasal dari pohon aren. Ofan mengajak para peserta diskusi tentang fenomena
munum Towak yang marak di Tuban.
“Sebenarnya Towak itu tidak buruk, begitu juga
meminumnya. Masyarakat menganggap hal tersebut sebagai perilaku menyimpang
karena memabukkan, ya memang Towak
memabukkan, tetapi dalam penggunaanya atau mengkonsumsinya harus tau untuk apa
dan bagaimana meracik supaya menjadi barang yang bermanfaat, sampai saat ini
masih belum ditemukan. Tetapi ada beberapa lembaga atau seseorang yang meneliti
fungsi dari Towak itu sediri. Toh,
kalau mau dihilangkan itu juga tidak bisa. Sebab itu merupakan warisan
kebudayaan turun-tmurun dari lelehur terdahulu.” Katanya.
Banyak yang diungkapkan
penulis terhadap peserta diskusi dengan detail, ada yang manarik dalam diskusi
tersebut ketika seorang peserta bernama Hamid bertanya. “Menurut pemateri
kira-kira Tuban kedepan itu harus bagaimana dari keadaan yang tadi disampaikan
kurang baik,” tanya Hamid.
Pertanyaan Hamid langsung
direspon oleh Penulis. Sebagai daerah yang sangat tua tentu harus menjadi
contoh terutama bagi Indonesia yang hanya baru berusia 73 tahun dari
kemerdekaanya. Ia juga mengungkapkan gerakan umat Islam di Tuban sudah sangat
masif dan secara otomatis akan menjadi sebuah benteng yang kokoh bagi negara
maupuan umat Islam sendiri.
“Masyarakat Tuban, tertama
umat Islam kalau saya melihat sudah menunjukkan gerakan yang sangat bagus dan
menjadi contoh dibeberapa tempat lain. Coba anda lihat disetiap masjid seluruh
wilayah Kabupaten Tuban ada kegiatan setiap minggu bernama “Wisata Rohani”.
Sebenarnya ini merupakn kekuatan besar kita dari fitnah, hujatan, adu domba,
dan penghinaan umat Islam yang saat ini terjadi. Pengajian semacam itu sangat
perlu dilakukan sebagamana saya tulis dalam buku saya berjudul Pengajian Sebagai Kekuatan Bangsa Indonesia,”
jawabnya.
Usai acara diskusi
dilanjukan buka puasa dengan makan bersama ala anak pesantern diantara pohon
jati kampus yang rindang. Antusias para peserta memicu penulis memberikan
hadiah kepada peserta diskusi yang berasil menjawab perntanyaan pemateri
seputar sejarah Kabupaten Tuban. Mereka yang mendapat buku adalah Ihda Sofia,
Tya, dan Farid, masing-masing merupakan mahasiswa UIN Walisongo semarang dari
Kabupaten Tuban.(adm)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.